Kamis, 14 Mei 2015

MAKALAH ASKEB NONATUS, BAYI DAN BALITA “ OBTRUKSI BILIARIS “



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Harus diakui, bayi ( neonatus ) dan anak sangat rentang terserang penyakit hal ini dikarenakan mereka belum memiliki daya imun ( kekebalan ) yang sempurna. Bahkan, banyak dari mereka yang tidak bisa tertolong oleh karena itu dapat dipastiakan bahwa mereka membutuhkan asuhan kebidan.
Asuhan kebidan adalah perawatan yang di berikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidan pada neonatus, bayi dan balita adalah perawatan Yang di berikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi dan balita. Neonatus, bayi dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan dganguan pada neonatus, bayi, dan balita apa bila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar.
Kelainan bawan merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Terdapat beberapa cara menegakkan diagnosa kelainan bawaan antara lain pemeriksaan fisik, radiologi, dan laboratorium. Penyebab langsung kelainan kongenital sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal di pengaruhi berbagai faktor seperti, faktor genetik, faktor lingkungan, atau kedua faktor yang secara bersamaan.
Ada beberapa kelainan bawaan salah satunya adalah obtruksi biliaris yaitu Obstruksi tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis. Hal ini disebabkan oleh degenerasi sekunder atau karena kelainan konginetal.



1.2    Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas :
1.      Pengertian obtruksi biliaris ?
2.      Etiologi obstruksi biliaris ?
3.      Tanda dan gejala obstruksi billiaris ?
4.      Diagnosis obstruksi billiaris ?
5.      Penatalaksanaan ?
6.      Gambaran klinis ?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari rumuasan masalah di atas adalah :
1.      Agar dapat mengetahui tentang pengertian obtruksi biliaris.
2.      Agar dapat mengetahui etiologi obstruksi biliaris.
3.      Agar dapat mengetahui tanda dan gejala obstruksi biliaris.
4.      Agar dapat mendiagnoosa tentang obstruksi.
5.      Agar dapat menengetahui tentang penatalaksanaannya.
6.      Agar dapat mengetahui gambaran dari obliterasi.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Obstruksi Biliaris
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis. Hal ini disebabkan oleh degenerasi sekunder atau karena kelainan konginetal.
Obstruksi biliaris adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai modul ( Dwi Maryani, dkk ; 104-106 ; 2011 ).
Obstruksi biliaris adalah penyumbatan saluran empedu sehingga mengakibatkan penumpukan bilirubin dan terjadi kuning atau ikterus. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yang salah satunya karena penyumbatan kandung empedu oleh bati empedu. Biasanya, ditandai dengan kuning pada bayi sehingga sangat sulit dibedakan antara ikterus yang fisiologis dan ikterus patologis atau obstruksi biliaris apabila tidak dilakukan pemeriksaan lebih mendetail. Obstruksi biliaris merupakan bentuk patologis dari ikterus, sehingga memerlukan penanganan khusus dan lebih kompleks dari pada ikterus fisiologis yang biasanya sering dialami oleh bayi baru lahir. Penanganan obstruksi biliaris ini memerlukan pembedahan untuk mengatasinya. ( Sitiatava Rizema Putra; 369 – 373; 2012 ).
Obstruksi biliaris hampir mirip dengan atresia empedu, karena sama-sama menyumbat saluran empedu. Sedangkan, insidensi atresia empedu eksrabepatis adalah 5 – 10 kasus / 100.000 kelahiran hidup, atau 3 – 15 / 100.000 dari bayi – bayi yang dirawat. Atau, sekitar 1/ 2500 per kelahiran hidup untuk ikterus obstruksi. Dari data tersebut dapat dilihat angka kejadian obstruksi biliaris di indonesia tidak begitu besar. Namun, tetap harus ditangani dan diwaspadai dengan seksama untuk mengurangi kematian perinatal yang masih tinggi di indonesia.

2.2  Etiologi obstruksi biliaris
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan didalam feses.

2.3  Tanda Dan Gejala Obstruksi Billiaris
gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama, yakni bayi ikterus. Selain ikterus, feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan terlihat seperti dempul. Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen. Untuk diagnosis, diperlukan pemeriksaan radiologi selain kadar billirubun dalam darah.

2.4  Diagnosis Obstruksi Billiaris
Pemeriksaan radiologi menggambarkan obstruksi billiaris, yakni sebagai berikut :
a.       Ultrasonografi ( USG )
Pemeriksaan USG sangat mudah melihat kelebaran duktud biliaris intra atau ekstra bpatal sehingga mudah mendiaknosis ada atau tidaknya ikterus obstruksi atau ikterus nonobstruksi. Apabila terjadi sumbatan daerah duktus biliaris yang paling sering adalah bagian distal maka akan terlihat duktus billiaris komunis melebar dengan cepat yang kemudian diikuti pelebaran bagian proximal. Untuk membedakan obstruksi letak tinggi atau letak rendah dengan mudah dapat dibedakan, karena pada obstruksi letak tinggi atau intrabpatal tidak tampak pelebaran dari duktus billiaris komunis. Apabila terlehat pelebaran duktus billiaris intra dan extra bpatal, maka ini dapat dikategorikan obstruksi letak rendah (distal). Pada dilatasi ringan dari duktus billiaris, maka kita akan melihat duktus billiaris kanan berdilatasi dan duktus billiaris daerah perifer belum jelas terlihat dilatasi.
Dista duktus  keboliesdekbus adalah pelebaran distik dari duktus billiaris yang biasanya didapat secara kongenital. Kelinan ini bisa disertai pelebaran duktus billiaris intrabpatal. Pada USG, akan terlihat bayangan masa kistik yang berhubungan dengan duktus billiaris, dan kemungkinan akanterlihat bayangan batu atau infeks kandung empedu.
b.      CT – Scan
Pemeriksaan CT – Scan mengenai praktus billiaris banyak dilakukan untuk melengkapi data suatu pemeriksaan sonografi yang telah dilakukan sebelumnya. Secara khusus, CT – Scan dilakukan guna menegaskan tingkat atau penyebab yang tepat adanya obstruksi / kelainan pada saluran empedu. Dalam hal ini, CT – Scan dinilai untuk membedakan antara ikterus obstriktif, apakah intra atau extra bepatik dengan memperhatikan adanya dilatasi dari duktus billiaris. Kunci untuk menetapkan tingkat atau penyebab diltasi duktus billiaris adalah evaluasi yang cermat mengenai zona transisi pada tingkat terjadinya duktus yang melebar / dilatasi, kemudian terjadi penyempitan – penyempitan duktus billiaris, kemudian duktus yang tidak terlihat.

2.5  Penatalaksanaan
a.       penatalaksanaan medis
penatalaksanaan medis adalah dengan operasi. operasi membutuhkan tindakan pembedahan, ekstrasi batu empedu di duktus, atau insersi stent, dan drainase bilier paliatif dapat dilakukan denagan stent yang ditempatkan melalui hati ( trans hepatik ) atau secara endoskopik. Papilotomi endoskopik dengan pengeluaran batu telah mengantikan laparatomi pada pasien dengan batu di duktus kholedokus. Pemecahan batu di saluran empedu mungkin di perlukan untuk membantu pengeluaran batu di saluran empedu.
b.      Penata laksanaan Keperawatan
1.      pertahankan kesehatan bayi ( pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta menghindari kontak infeksi ).
2.      Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa kedaan kuning pada bayinya berbeda halnya dengan bayi lain yang kuning karena hiperbilirubenemia biasa yang dapat hanya dengan terapi sinar atau terapi lain.
3.      Pada bayi ini, perlu tindakan bedah karena terdapatnaya penyumbatan.
c.       Menurut Soap
1.      Subjektif
Informasi dari ibu riwayat kesehatan selama hamil dan faktor etiologi tidak langsung kelainan bahwa seperti faktor : infeksi, mekanik, obat, usia ibu, hormonal, radiasi dan gizi.
2.       Objektif
a.       ikterik pada umur 2-3 minggu
b.      peningkatan bilirubin direct dalam serum > 20 % bilirubin total.
c.       Bilirubinemia
d.      Tinja berwarna seperti dempul
e.       Terjadi hepatomegali
3.      Assesment
Neonatus dengan obstruksi biliaris


4.      Planning
a.       Berikan penatalaksanaan seperti bayi normal lainnya : nutrsi adekuat, pencegahan hipotermi, pencegahan infeksi, dan lain-lain.
b.      Lakukan inform consent dan inform choise untuk dilakukan rujukan
c.       Lakukan konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa kuning yang dialami bayinya bukan kuning biasa, tetapi disebabkan karena adanya penyumbatan saluran empedu.
d.      Pembedahan yaitu pengangkatan kantung empedu ( kolesistektomi ). Pengangkatan kantung epedu tidak menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan makanan.

2.6  Gambaran Klinis
gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama ketika bayi tampak ikterus. Selain itu, feses tampak berwarna putih ke abu – abuan, terlihat seperti dempul, dan urin tampak berwarna lebih tua karena mengandung urobilin.










BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Asuhan kebidan adalah perawatan yang di berikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidan pada neonatus, bayi dan balita adalah perawatan Yang di berikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi dan balita.
Obstruksi biliaris adalah penyumbatan saluran empedu sehingga mengakibatkan penumpukan bilirubin dan terjadi kuning atau ikterus. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yang salah satunya karena penyumbatan kandung empedu oleh bati empedu. Biasanya, ditandai dengan kuning pada bayi sehingga sangat sulit dibedakan antara ikterus yang fisiologis dan ikterus patologis atau obstruksi biliaris apabila tidak dilakukan pemeriksaan lebih mendetail. Obstruksi biliaris merupakan bentuk patologis dari ikterus, sehingga memerlukan penanganan khusus dan lebih kompleks dari pada ikterus fisiologis yang biasanya sering dialami oleh bayi baru lahir. Penanganan obstruksi biliaris ini memerlukan pembedahan untuk mengatasinya. ( Sitiatava Rizema Putra; 369 – 373; 2012 ).

3.2    Saran
Semoga makalah ini menembah wawasan mahasiswi kebidan dalam memberikan suhan kebidan kepada bayi dan anak. Bila dalam penyusunan makalah ini banayak mengalami kesalahn dan kekeliruan kami dari pihak penulis mohon kritik dan saranya agar kami dapat memperbaiki makalah ini.



DAFRAT PUSTAKA


Maryani, Dwi, dkk. 2011. Neonatus, Bayi, dan Anak. Jakarta: Trans Info Media.
Rizem Putra,stiatava. 2012. Asuhan neonatus bayi dan balita untuk keperawatan dan
kebidanan. Yogyakarta: D-MEDIKA.
Dwi, vivian nanny lia. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Selemba
Medika


Tidak ada komentar:

Posting Komentar